Kegiatan Double Track untuk Membekali Siswa saat Lulus

Jalankan Usaha Sendiri Jika Tak Lanjutkan Kuliah




Kreativitas seseorang harus diasah kendati dirinya masih duduk di bangku SMA. Sebab, tidak semua lulusan SMA nantinya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Tak ayal, dengan begitu program double track sangat berguna bagi siswa sebagai bekal mereka lulus nanti.

Pandemi Covid-19 hingga adanya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berdampak pada berbagai sektor, termasuk pendidikan. Kini kebanyakan sistem pembelajaran diterapkan dalam jaringan/ daring. Selain itu, jika ada kegiatan sekolah, pastinya selalu menerapkan protokol kesehatan (prokes). Salah satunya peserta kurang dari 50 persen dari kapasitas ruang.

Kendati demikian, hal itu tidak membatasai para siswa SMA yang tergabung dalam program double track bidang keahlian tata boga dengan kompetensi  pastry bakery berhenti berinovasi. Para peserta program pelatihan  dibagi menjadi kelompok-kelompok usaha siswa yang disebut KUS. Mereka membagi tugas, satu siswa dalam kelompok menyiapkan berbagai bahan dan adonannya. Setelah itu adonan tersebut dikreasikan dengan berbagai campuran bahan lain dan dibentuk menjadi kreasi yang menarik pasar, kemudian dioven. Agar hasil produk yang dibuat bercita rasa sendiri, berbeda dengan produk sejenis yang telah ada di pasaran. "Dari jumlah siswa yang tergabung dibagi menjadi KUS-KUS. Satu KUS, atau Kelompok Usaha Siswa beranggotakan 5 orang siswa. Namun karena PPKM kami batasi yang preaktik maksimal 3 kelompok," ungkap trainer tata boa pastry bakery dari SMAN 2 Karangan Trenggalek, Nur Umami.

Namun yang perlu ditekankan lagi, praktik dilakukan hanya untuk pembuatan produk terbaru hasil inovasi tiap kelompok. Sebab sebelumnya mereka telah diberi bekal melalui pelatihan dasar-dasar pembuatan kue. Setelah itu, tiap anak dikelompokkan berdasarkan keahlian masing-masing. Tujuannya dengan pengelompokan  tim berdasarkan spesifikasi, berarti semua menguasai dan menyenanginya. Jadi akan lebih mudah bagi mereka untuk saling bertukar pikiran guna mengembangkan produk. "Ada tim yang mandiri dan rutin mendapatkan pesanan", tuturnya.

Kini semua kelompok KUS berusaha mengembangkan produk baru. Seperti nastar, pasta jagung, pie buah, lumpia tutup, dan sebagainya. Bahkan salah satu produk unggulan yaitu susu kurma (sukur) saat ini menjadi produk terlaris yang kerap dipesan konsumen. Sebab kandungan buah susu dan kurma pada produk tersebut diyakini bisa meningkatkan imun tubuh agar tidak mudah terpapar Covid-19. Mereka memanfaatkan media sosial (medsos) untuk melakukan promosi. 

Setiap kali selesai membuat produk baru, mereka memotret atau memvideokan produknya tersebut. Setelah itu mengunggah di medsos yang menceritakan produknya tersebut dan langsun melakukan open order. Dari situlah banyak yan tertarik akan keunikan produk yang diunggah dan memulai mencobanya. Karena bahan yang digunakan merupakan bahan kualitas terbaik, banyak yang ketahihan dan memesan kembali hingga mempromosikannya ke kerabat, "Setiap kelompok melakukan manajemen pengelolaan keuangan sendiri dan dari ini setiap bulan rata-rata mereka memiliki omzet sekitar Rp 3 juta," kata Umami.

Di lain pihak , Kepala SMAN 2 Karangan Agus Sugiarto menambahkan cerita dari Umami. Dia menambahkan, kreativitas siswa tersebut bisa menjadi alternatif cara menghasilkan uang di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. Pelatihan tersebut terus didorong. mengingat sekitar 80 persen siswa lulusan sekolah tersebut tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dengan kondisi tersebut, perlu ada keterampilan agar bisa kerja. "Dari situ, diharapkan ke depan mereka bisa membuka usaha sendiri." 



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »