Pelatihan SMA DoubleTrack 30 Nov 2019
Pelatihan SMA Double Track untuk semester kesatu dilakukan di tiap sekolah dengan target pelaksanaan minimal 30 jam pelajaran. Sebagaimana kita ketahui bersama tujuan dari pelatihan ini menjadikan sekolah sebagai :
- Pusat Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi peserta
- Pemilihan dan Pengembangan Produk dan Jasa layak Jual
- Menciptakan Transaksi Komunitas dan menguatkan jejaring dengan Mitra Dudi
Dokumentasi kegiatan pelatihan dapat dilihat sbb
SMAN 1 Bluluk
SMAN 1 Tambakrejo
SMAN 1 Montong Tuban
SMAN 1 Wungu
SMAN 1 Panji
SMAN 1 Kademangan
SMAN 1 Karas
\
Sociopreneur - Kitongbisa
Kitong Bisa Enterprise adalah perusahaan sosial yang berfokus dalam mendidik dan memberdayakan masyarakat yang terpinggirkan di Indonesia, dengan fokus pada perempuan dan pemuda, terutama di bagian timur Indonesia untuk memiliki mata pencaharian yang lebih baik. Perusahaan ini didirikan pada akhir 2017 dan telah dilegalkan pada 2018, yang beroperasi dan telah memproduksi dan menjual ratusan unit produk baik nasional, maupun internasional.
Kami menawarkan inkubasi program, pelatihan, pendampingan, dan juga memberikan akses pasar di Provinsi dengan tingkat pengangguran di atas rata-rata nasional di Indonesia, terutama yang berasal dari lulusan sekolah menengah dan kejuruan, sebagai penerima manfaat utama. Kami fokus pada perempuan karena fakta bahwa di bagian timur Indonesia, perempuan adalah tulang punggung ekonomi keluarga. Jadi, dengan mengangkat perempuan keluar dari Kemiskinan, kami pada akhirnya akan membantu banyak keluarga keluar dari garis kemiskinan. Selain itu, alasan mengapa kami berfokus pada sekolah menengah kejuruan dan menengah adalah bahwa sebagian besar pengangguran di Indonesia, disumbangkan oleh lulusan lembaga-lembaga tersebut. Kami mendorong dan memfasilitasi lebih banyak perempuan dan pemuda di Indonesia untuk terlibat dalam perekonomian, dengan menjadi wirausahawan yang akan merancang produk yang dibutuhkan oleh pelanggan kami. Kami akan membantu memproduksi dan menjual produk ke pasar yang lebih luas, dengan memanfaatkan teknologi online sebagai sarana utama. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penetrasi dan jangkauan internet yang signifikan di Indonesia. Dengan demikian, solusi untuk menyelesaikan masalah pengangguran, yang disebabkan oleh tidak tersedianya lapangan kerja, adalah mendorong lebih banyak perempuan dan pemuda sebagai pebisnis perempuan dan laki-laki.
Saat ini, kami sedang dalam pengembangan Kitong Shop (KITOS) dan Kitong E-learning yang akan tersedia di www.kitongbisa.com pada pertengahan 2019. Dalam platform online itu, berbagai produk Sosial, budaya dan ramah lingkungan, yang merupakan nilai dan keunggulan kompetitif produk kami akan dijual. Kami berkomitmen untuk memberikan produk-produk berbasis etnik Minoritas Indonesia yang berkualitas tinggi, ergonomis, namun ramah lingkungan, yang dibutuhkan oleh pelanggan kami untuk mendukung kegiatan sehari-hari mereka.
Kitong Bisa Enterprise telah melatih lebih dari 200 siswa kejuruan, kebanyakan Wanita di Fakfak, Papua Barat dan Banda Aceh, Provinsi Aceh, tentang bisnis dasar, TI, dan soft skill. Program ini didanai oleh Skema Hibah Alumni Australia. Karena keberhasilan itu, semakin banyak entitas nasional dan internasional meminta kolaborasi dengan kami. Yang terbaru adalah pada tahun 2018, di mana kami telah melatih lebih dari 150 siswa untuk menjadi perempuan dan laki-laki bisnis online, bekerja sama dengan Alpha-i NUSA (pemuda yang memimpin startup pariwisata berkelanjutan), dan didanai oleh USAID. Kami juga menerima Program Hibah Keterlibatan Mahasiswa dari University of Melbourne.
Bumdes - Pengelolaan Usaha
Pujon Kidul Malang
Desa Ponggok
Lurah Ngadi
Beras Organik - Internasional
Kisah Inspiratif - Bagas Petani Buah dan Sayur
Bermula mengawali profesi pertamanya Bagas jadi pekerja pabrik. Hanya sebentar dilakoninya karir tersebut karena ada yang melaporkan dirinya belajar mobil menggunakan mobil kantor seusai jam kerja, dipecatlah dia. Selanjutnya dia mencoba peruntungan menjadi sopir metromini. Tak betah dimarahi melulu sama majikan, dia keluar.
Namun dulu Bagas, nasib membawanya terdampar di pasar kebayoran. Belajar dagang buah. Hoki mulai datang. Uang terkumpul cukup cepat. Tapi tak pernah lama uang dipegang. “Amblas di meja judi, mas. Wah, saya gila judi waktu itu. Uang berapa pun habis,” ujar mas Bagas sambil tertawa.
Siapa sangka, gagal berturut-turut, sekolah tidak tinggi dan bukan keluarga kaya seperti Mas Bagas, kini cukup sukses. Dia memperkerjakan lebih kurang 60 pemuda, dan ibu-ibu sekitar Teluk Naga Tangerang untuk mengolah 15 hektar lahan di tiga lokasi untuk menghasilkan sayuran.
Berbekal pengalaman kehidupan yang keras di jalanan, Mas Bagas tanpa takut melawan bandar dan juga preman yang biasa memotong jalur distribusi serta menekan harga di tingkat petani. Kini Mas Bagas menjadi supplier ritel modern untuk sayur dan segera merambah buah. Semuanya kualitas premium.
Saat ini Bagas tengah menanam Melon kualitas premium dengan keunikan tingkat kemanisan 16-17 brix dan daging buah berwarna oranye dengan citarasa seperti buah pir. Semua buahnya langsung diborong jaringan ritel modern.
Menarik kisah Bagas karena tidak semua petani di Indonesia tidak bisa kaya dan selalu miskin, namun dengan ketekunan menggeluti dunia pertanian tidak menuntup kemungkinan petani bisa sukses, dan menginspirasi pertanian Indonesia.
Sosok Lain
Sociopreneur - Tembus Kompetisi Internasional
Delapan sociopreneur asal Indonesia masuk dalam jajaran 100 wirausaha sosial DBS-NUS Social Venture Challenge Asia 2018. Mereka berhasil mengalahkan 870 wirausaha sosial dari 42 negara yang mendaftar dalam perhelatan tersebut.
Para wirausaha tersebut memiliki sejumlah bisnis mulai dari pemanfaatan kecerdasan buatan dan big data, sampai dengan pengelolaan air minum serta pembinaan usaha mikro.
Seratus wirausaha sosial terpilih akan melanjutkan ke tahap penjurian yang akan diselenggarakan pada Juli-Agustus 2018. Pada akhirnya, beberapa wirausaha sosial terbaik akan memperoleh dana sekitar Rp1 miliar.
DBS-NUS Social Venture Challenge Asia 2018 merupakan ajang global tahunan yang diselenggarakan oleh NUS Enterprise and DBS Foundation. Tujuannya untuk menjaring dan mendukung kewirausahaan sosial yang baru berdiri dan berpotensi menciptakan dampak sosial yang positif, terukur dan berkesinambungan.
Masuknya delapan wirausaha sosial asal Indonesia tersebut membuktikan bahwa aksi nyata generasi muda Indonesia dalam memberdayakan masyarakat sekitar demi kepentingan bersama patut diperhitungkan. Kepedulian sosial di antara generasi muda Indonesia pun semakin meningkat, terbukti dengan semakin maraknya wirausaha-wirausaha sosial yang bermunculan dalam beberapa tahun terakhir.
Wirausaha sosial adalah suatu peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat sekitar. Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat.
Berikut ini adalah delapan wirausaha sosial asal Indonesia yang masuk ke dalam peringkat 100 besar.
1. Nazava Water Filters
Sektor : Energi dan Lingkungan
PT Holland for Water adalah perusahaan sosial dengan tujuan agar setiap orang, di manapun berada, dapat mempergunakan sumber air untuk kebutuhan harian dengan aman, hemat dan terjangkau. Sebagaimana di negara maju, diharapkan air dapat langsung diminum dari keran tanpa perlu diolah terlebih dahulu. PT HfW melakukan upaya ini dengan menjual filter air minum yang terbaik dan terhemat bernama Nazava.
Nazava juga berkomitmen untuk menghadirkan alternatif air minum yang mudah dan ekonomis. Cara-cara konvensional seperti merebus air, membeli air galon dan menggunakan jasa air isi ulang bisa dikatakan boros waktu dan tidak ekonomis sama sekali, serta masih ada kemungkinan bakteri yang lolos dari cara-cara konvensional tersebut.
Situs web: www.nazava.com
2. Sirtanio Organik Indonesia
Sektor : Pertanian
Sirtanio Organik Indonesia adalah produsen beras organik terkemuka di Indonesia yang memasok kebutuhan pasar secara berkelanjutan. Sirtanio memproduksi beras merah dan campuran beras organik. Sirtanio Organik Indonesia hadir untuk meningkatkan kesejahteraan petani padi di Indonesia melalui sistem pertanian padi organik terpadu, termasuk pelatihan manajemen budidaya padi, pinjaman bibit, pekerja terampil dan pupuk. Pembelian harga panen ditentukan oleh kontrak dengan margin 20-30% di atas harga setempat.
Situs web: www.organikbanyuwangi.com
3. SukkhaCitta
Sektor : Mode dan Ritel
Kebanyakan kain buatan tangan yang ditemukan di pasar saat ini dibuat di pabrik atau dijual melalui perantara. Ini membuat orang-orang yang membuat kain tersebut tidak terlihat, bahkan terjebak dalam kemiskinan. Didorong oleh keinginan untuk menciptakan perubahan dalam industri ini, SukkhaCitta memutuskan untuk membuat standar sendiri yaitu #MadeRight yang berarti bahwa setiap kain memberikan upah yang layak, mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan, juga mempertahankan budaya melalui reinterpretasi modern warisan Indonesia. Dimulai dari pedesaan dengan memberikan akses bagi para pengrajin yang terpinggirkan.
Situs web: www.sukkhacitta.com
4. Waste4Change
Sektor : Energi dan Lingkungan
Indonesia berkontribusi sebesar 0,48-1,29 juta ton limbah ke laut. Sedangkan dalam satu hari, Jakarta dapat menghasilkan 7,200 ton limbah. Berangkat dari hal tersebut Waste4Change hadir untuk menyediakan layanan pengelolaan limbah dari hulu ke hilir dengan tujuan mengubah perilaku orang terhadap pemborosan. Angka ‘4’ dalam nama Waste4Change terdiri dari empat hal, yaitu: Consult memberikan konsultasi berdasarkan penelitian mendalam dan pelatihan tentang pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, Campaign memberikan edukasi kepada perusahaan, tempat tinggal, sekolah hingga komunitas tentang pentingnya pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, Collect mengumpulkan limbah dari daerah perumahaan atau komersial ke situs Waste4Change, Create berkolaborasi dengan mitra terpercaya untuk mengubah limbah menjadi bahan daur ulang.
Situs web: www.waste4change.com
5. Kendal Argo Atsiri
Sektor : Pertanian
Fokus dalam menyuling daun cengkeh yang tidak terpakai menjadi minyak esensial alami, dan merupakan satu-satunya produsen minyak cengkeh di Indonesia yang mengekspor ke luar negeri secara langsung. Serta memberdayakan penduduk desa untuk mengatasi kemiskinan dengan menyediakan pekerjaan dalam mengumpulkan daun cengkeh dan penanaman nilam. Mereka juga mendirikan The Kendal Smart House sebagai pusat pendidikan bagi anak-anak lokal untuk mengakses buku dan komputer.
Situs web: www.khafidzn.blogspot.com
6. Mendekor
Sektor : Mode dan Ritel
Mendekor terbentuk atas cita-cita dan idealisme anak bangsa yang mau berkontribusi dalam memajukan industri kreatif di Indonesia. Mendekor memberikan layanan dalam mendesain, memproduksi dan menjual furniture serta dekorasi berkualitas tinggi namun terjangkau untuk perumahan dan komersial. Mendekor membantu menciptakan peluang kerja dan meningkatkan standar hidup bagi pengrajin lokal di desa.
Situs web: www.mendekor.com
7. Smash
Sektor : Energi dan Lingkungan
Smash atau yang merupakan kependekan dari Sistem Online Manajemen Sampah adalah platform terpadu untuk berbagai pengelolaan sampah di Indonesia. Melalui aplikasi seluler ini Smash membantu memfasilitasi dan meningkatkan partisipasi aktif di antara konsumen dan masyarakat untuk menjadi lebih sadar tentang sampah dengan menghubungkan Bank Sampah di seluruh Indonesia, serta menghubungkan nasabah dengan Bank Sampah terdekatnya hingga bekerja sama dengan pemerintah sebagai modul Smart City untuk pengelolaan sampah di daerah tersebut.
8. GandengTangan
Sektor : Layanan Keuangan
GandengTangan adalah penghubung bagi para pemilik usaha mikro yang membutuhkan pembiayaan dengan para investor yang ingin memberikan dampak sosial. Melalui investasi jangka pendek, GandengTangan menghadirkan sistem pendanaan yang aman dan transparan agar kedua belah pihak dapat bergandengan tangan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. GandengTangan memberikan pelayanan mulai dari menyeleksi dan mendampingi usaha mikro yang akan menerima pembiayaan, membantu usaha mikro di Indonesia berkembang dengan berinvestasi mulai dari Rp50.000.
Situs web: www.gandengtangan.org
Beras Organik Banyuwangi
Sociopreneur
https://amartha.com/id_ID/tentangkami/
https://koinworks.com/blog/
https://entrepreneur.bisnis.com/read/20180810/265/826454/8-sociopreneur-indonesia-tembus-kompetisi-seratus-wirausaha-sosial-se-asia
http://organikbanyuwangi.com/gallery/
https://www.nazava.com/menjadi-reseller/
https://www.sukkhacitta.com/collections/zero-waste/products/zero-waste-cutlery-set
http://khafidzn.blogspot.com/p/partnership.html
https://mendekor.com/
https://mendekor.com/components/_front/pdf/Katalog%20Mendekor%202018.pdf
https://www.tokopedia.com/mendekor
http://pesonanusantara.co.id/oleholeh/index/pesona/cat/58
https://www.jne.co.id/id/produk-dan-layanan/jne-express/pesona-pesanan-oleh-oleh-nusantara
https://web.pomona.id/
Adv - Hutan Bambu Sumber Kemujuran
by Novka
Telah tiga tahun belakangan, Desa Sumbermujur di Lumajang, Jawa Timur, mengembangkan wisata hutan bambu. Dari usaha itu, kini, ekonomi warga membaik dan pertanian kian subur lantaran pengairan lancar. Barangkali memang benar, bambu adalah sumber kemujuran desa ini.
Desa Sumbermujur punya sejarah panjang dengan tanaman bambu. Pada tahun 1930, sumber air di desa ini melimpah. Belanda saat itu menginstruksikan warga untuk merawatnya dengan menanami bibit-bibit bambu di sekitar mata air. Pada tahun 1942, hutan bambu mengalami kerusakan ketika Jepang masuk dan membawa pengetahuan soal anyaman dan rumah-rumah dari bambu. Bambu-bambu ditebang tanpa ditanam kembali. Rebungnya pun banyak dikonsumsi. Ini berlangsung sampai awal tahun 1960-an, hingga warga sadar sumber air semakin berkurang, sementara kebutuhan air kian tinggi.
Pada tahun 1963, warga membuat kelompok untuk mengembalikan hutan bambu untuk meningkatkan debit air. Kelompok ini lalu diresmikan pada tahun 1972 sebagai Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam (KPSA). Bambu-bambu terus ditanam sehingga cadangan air pelan-pelan meningkat. Selanjutnya pada tahun 2002, dengan upaya pelestarian lingkungan lewat hutan bambu ini, Desa Sumbermujur mendapatkan penghargaan Kalpataru.
Hingga tahun 2015, pelestarian hutan bambu bisa dikatakan murni kegiatan konservasi. Baru pada tahun 2016 hutan bambu ini digagas menjadi hutan wisata, yang kelak akan bisa juga memberikan keuntungan kepada warganya dari sisi ekonomi. Hutan Bambu Sumber Dhelling di Desa Sumbermujur dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mitra Semeru dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sabuk Semeru.
Hutan bambu dengan luas 14 hektar ini terbagi atas beberapa zona; 3 hektar zona pengembangan, 3 hektar zona semi-pengembangan, dan sisanya zona inti. Zona inti diperuntukkan khusus untuk area bertumbuhnya bambu tanpa bisa diintervensi dengan pengembangan-pengembangan wahana atau infrastruktur. Tujuannya, memastikan ruang yang cukup untuk konservasi bambu, yang dampak lanjutannya adalah memastikan ketersediaan air.
“Di dalam hutan bambu ini ada mata air yang debit airnya 800 liter per detik. Ini dimanfaatkan untuk mengairi 1.000 hektar sawah di 4 desa, pemandian di area wisata, dan penyaluran air bagi warga-warga di setiap dusun untuk minum dan kebutuhan rumah tangga,” ujar Ketua BUMDes Mitra Semeru, Agus Wijaya.
Pada area pengembangan, dibangun infrastruktur dan wahana sebagai daya tarik, misalnya kolam pemandian, tempat berswafoto, gerai-gerai untuk berjualan, dan lain-lain. Masyarakat memanfaatkan ruang-ruang ini sebagai salah satu sumber mata pencaharian.
Bagi desa, hutan bambu telah membawa banyak perubahan. Dari sisi lingkungan, debit air tetap terjaga. Dari sisi ekonomi, wisata ini juga membawa peningkatan yang signifikan. Dengan jumlah pengunjung, rata-rata 6 ribu orang per bulan, omzet hutan bambu ini mencapai Rp 30 juta per bulan.
Keterlibatan warga
Warga menjadi motor berjalannya Hutan Bambu Sumber Dhelling. Keterlibatan warga sangat nyata, dari menjadi anggota Pokdarwis sampai menyemarakkan wisata dengan berjualan dan memenuhi kebutuhan wisatawan.
“Lewat hutan bambu ini, warga juga bisa menambah penghasilan. Dari sisi ekonomi, wisata ini sudah membuka akses perdagangan. Keterlibatan warga juga sangat tinggi dalam operasional hutan bambu ini,” ujar Kepala Desa Sumbermujur, Safi’i.
Warga memang merasakan betul manfaatnya. Muliyono, misalnya. Pria yang menjadi anggota Pokdarwis ini juga bersama istrinya berjualan makanan tradisional di hutan bambu. Diakuinya, penghasilan dari berjualan dan kegiatan di Pokdarwis mampu menunjang kebutuhan hidupnya. Muliyono yang juga bertani juga sangat menyadari manfaat bambu dalam menjaga debit air. Sawah-sawah yang diairi sumber air dari hutan bambu ini tidak pernah mengalami kekeringan, bahkan di musim kemarau seperti tahun ini.
Selain itu, batang-batang bambu, terutama yang sudah tua, dimanfaatkan untuk membuat kerajinan yang dapat menjadi sumber ekonomi lain bagi warga. Desa Sumbermujur memiliki Bengkel Bambu Sabuk Semeru yang mengolah bambu menjadi beragam produk, seperti gelas, mangkuk, atau sedotan.
Safi’i menambahkan, Desa Sumbermujur saat ini juga mengembangkan pondok-pondok wisata atau homestay di rumah warga. “Ada 21 homestay yang dikelola langsung oleh masyarakat,” katanya. Tamu-tamu desa pun bisa bermalam di sini, beberapa bahkan dari luar negeri, seperti dari Jerman, Australia, dan Mesir.
Pentingnya kemitraan
Dalam mengembangkan wisata hutan bambu, selama ini, Desa Sumbermujur bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah BANK BRI.
“Peran BANK BRI dalam pengembangan wisata sangat banyak. Ketika ada infrastruktur yang harus dibangun pengelola atau Pokdarwis, kita bisa bekerja sama dengan BANK BRI. BANK BRI juga memberikan CSR-nya berupa 10 los warung di kawasan hutan bambu dan pembangunan gapura masuk ke kawasan wisata hutan bambu. Selain itu lewat KUR BRI, pendanaan untuk UMKM yang dirintis warga dapat didukung,” tutur Agus.
Desa Sumbermujur juga bekerja sama dengan BANK BRI untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk warga. Pelatihan itu antara lain pelatihan meracik kopi, membuat kerajinan bambu, atau mengembangkan bisnis kuliner.
Kehadiran BANK BRI juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan literasi keuangan warga lewat Agen BRILink yang merupakan salah satu unit usaha BUMDes Mitra Semeru. Agen BRILink menjadi sarana bagi warga untuk melakukan berbagai transaksi keuangan. Dalam satu bulan, ada lebih dari 300 transaksi yang dilakukan warga lewat Agen BRILink yang dapat menambah pendapatan bagi BUMDes melalui sharing fee yg diterima dari transaksi tersebut.
BANK BRI berkomitmen untuk turut serta dalam mewujudkan ekonomi kerakyatan dengan pemberdayaan ekonomi desa melalui BUMDes Binaan BRI. BRI Bisa! Untuk Indonesia BRILian.
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 29 November 2019.
Contoh Kemitraan
- https://adv.kompas.id/baca/upaya-untuk-dorong-kompetensi-siswa-smk/
- https://adv.kompas.id/baca/kekuatan-super-dalam-genggaman/
- https://adv.kompas.id/baca/rayakan-karya-umkm-dorong-ekonomi-inklusif/
- https://adv.kompas.id/baca/didukung-penuh-pemprov-jabar-roadshow-blibli-com-the-big-start-season-4-hadir-di-bandung/
- https://adv.kompas.id/baca/karya-kreatif-indonesia-kontribusi-nyata-bank-indonesia-untuk-pengembangan-umkm/
- https://adv.kompas.id/baca/inovasi-dari-para-guru/
- https://adv.kompas.id/baca/majukan-pendidikan-di-mimika-melalui-kemitraan/
- https://adv.kompas.id/baca/ovo-tokopedia-dan-grab-luncurkan-patungan-untuk-berbagi/
- https://adv.kompas.id/baca/go-food-online-food-delivery-terbesar-di-indonesia-dan-asia-tenggara/
- https://adv.kompas.id/baca/tingkatkan-kemampuan-guru-dalam-era-revolusi-industri-4-0/
- https://adv.kompas.id/baca/komunitas-sales-dan-asosiasi-guru-marketing-siap-hadapi-revolusi-industri-4-o/
- https://adv.kompas.id/baca/tingkatkan-kemampuan-guru-dalam-era-revolusi-industri-4-0/
- https://adv.kompas.id/baca/mengembangkan-bisnis-berbasis-teknologi/
- https://adv.kompas.id/baca/inspirasi-bagi-generasi-milenial/
- https://adv.kompas.id/baca/peluang-generasi-milenial-di-bidang-ekonomi-kreatif/
- https://adv.kompas.id/baca/indonesia-butuh-banyak-tenaga-insinyur/
- https://adv.kompas.id/baca/kontribusi-sains-untuk-jawab-tantangan-bangsa/
- https://adv.kompas.id/baca/inovasi-bisnis-di-tengah-turbulensi/
- https://adv.kompas.id/baca/go-food-online-food-delivery-terbesar-di-indonesia-dan-asia-tenggara/
- https://klasiloka.kompas.id/baca/jamu-bukti-mentjos/
- https://klasiloka.kompas.id/baca/sushi-hiro-sushi-di-atas-tangga/
- https://klasiloka.kompas.id/baca/4-cookies-enak-di-jakarta/
- https://kompas.id/baca/gaya-hidup/2019/11/24/sihir-kuliner-dari-gorontalo/
Kompas (1) - Tanggul Pengaman Tunakarya Lulusan SMA Bernama Jalur Ganda
Oleh
AMBROSIUS HARTO
Kompas 27 November 2019 11:05 WIB
Link - Kompas
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember dalam program ”double track” untuk mengurangi pengangguran terbuka terutama dari lulusan sekolah menengah atas.
Data Badan Pusat Statistik Jawa Timur menunjukkan, jumlah pengangguran saat ini 840.000 jiwa atau 2,1 persen dibandingkan populasi 40 juta jiwa. Artinya, satu dari 50 orang warga Jawa Timur tanpa pekerjaan.
Jumlah pengangguran tadi jika dibandingkan angkatan kerja yang 21,5 juta akan mendapatkan persentase 3,9 persen pengangguran terbuka (TPT). Jika diturunkan dalam kenyataan, 1 dari 25 orang yang masuk dalam angkatan kerja belum mampu menangguk rezeki dari lapangan pekerjaan.
Ironisnya, TPT tertinggi berasal dari sekolah menengah tingkat atas. Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang tunakarya mencapai 8,6 persen. Persentase tamatan SMA yang menganggur hampir 7,1 persen.
”Ada yang tidak nyambung antara tawaran lulusan SLTA dengan kebutuhan atau permintaan pasar pekerjaan,” kata Kepala BPS Jatim Teguh Pramono, Senin (25/11/2019).
Berbagai kenyataan tadi mendorong Pemerintah Provinsi Jatim meneruskan program double track untuk siswa/siswi SMA. Program ini diinisiasi dan diuji coba tahun 2017 di sejumlah SMA swasta di Pulau Madura. Selanjutnya, dijalankan sejak tahun ajaran 2018 dengan menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) serta kalangan dunia usaha dunia industri.
Keterampilan
Rancangan ini diberlakukan bagi lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Tamatan SMA memiliki tingkat kesulitan tersendiri untuk mendapat pekerjaan. Mereka tak dibekali keterampilan spesifik, apalagi yang tersertifikasi. Lulusan SMA cenderung menerima pekerjaan apa saja, bahkan dengan upah rendah atau tidak layak untuk kebutuhan kehidupan.
Dengan kata lain, double track ditujukan bagi SMA-SMA yang secara persentase, yakni lebih dari 65 persen lulusannya, tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Alasan klasik, tetapi masih relevan, adalah mereka tidak bisa lanjut masuk universitas atau perguruan tinggi karena tidak memiliki biaya.
Mereka harus bekerja untuk keberlangsungan hidup. Biasanya, SMA-SMA yang lulusannya banyak yang tak lanjut pendidikan tinggi berada di kabupaten-kabupaten pelosok dengan karakter keluarga siswa/siswi tidak sejahtera.
Dari sinilah kemudian program double track coba diaplikasikan yang ditujukan bagi siswa/siswi sejak kelas 11 (kelas 2) berlatar belakang keluarga tidak sejahtera dan diyakini tak akan lanjut ke pendidikan tinggi setamat SMA. Kegiatannya berupa pemberian keterampilan, antara lain multimedia, teknik elektro, teknik listrik, tata boga, tata busana, tata kecantikan, teknik kendaraan ringan, atau salah satu dari 17 belas bidang keahlian.
Kegiatan diberikan setiap pekan dengan status ekstrakurikuler wajib. Setahun, siswa/siswi mendapat pelatihan keterampilan 120 jam. Pelatihnya profesional atau praktisi yang mendapat pelatihan khusus penajaman materi di ITS.
Program double track bertujuan untuk memberikan kompetensi dan keterampilan siswa/siswi SMA yang jelas tak akan lanjut masuk kampus. Selain itu, mencoba membangun kepercayaan dan keberanian agar lulusan SMA berwirausaha sesuai dengan bekal keterampilan yang telah dikuasai.
”Peserta program ini, setamat SMA akan mendapat sertifikat kompetensi keterampilan dari ITS dan masuk jaringan aplikasi kami,” ujar Asrori, Ketua Tim Double Track ITS dalam kunjungan ke sejumlah SMA di Magetan dan Ngawi.
Fajar Baskoro, Koordinator Pengolah Data Double Track ITS, menambahkan, pada 2018, program tersebut berjalan di 85 SMA di 19 kabupaten atau separuh dari jumlah 38 kabupaten/kota di Jatim. Tahun itu, program mencakup 9.500 siswa/siswi. Warsa ini, rancangan terlaksana di 157 SMA di 28 kabupaten. Jumlah pelajar yang tercakup bertambah menjadi 14.000 orang.
Rintis usaha
Nawang Kirana, siswi XII IPS SMA Negeri 1 Plaosan, Magetan, mengatakan, program double track membawa manfaat besar dalam hidupnya saat ini. Kini, ia berani merintis usaha pembuatan salad buah dengan konsumen teman-teman di sekolah dan tetangga.
Latihan dan praktik selama setahun (120 jam) membuatnya terampil membuat kue, penganan, dan menu buah.
”Sangat lumayan. Jika dikumpulkan terus dan usaha berkembang, saya dapat membantu ekonomi keluarga,” ujar Kirana, yang datang dari keluarga petani.
Setahun lalu, Kirana masuk program double track dan memilih keterampilan tata boga atau pembuatan makanan minuman. Latihan dan praktik selama setahun (120 jam) membuatnya terampil membuat kue, penganan, dan menu buah. Kemampuan itu coba diaplikasikan dengan merintis usaha membuat salad buah ketika berada di kelas XII.
Fajar mengatakan, program double track tahun kedua ditajamkan ke arah pengenalan pasar dan pengembangan produk. Untuk Kirana misalnya, pada tahun kedua didorong lebih meningkatkan kualitas produk sekaligus membuka jaringan. ”Saat lulus atau di tahun ketiga, kami berharap mereka sudah dapat berwirausaha dan mendapat nilai transaksi yang signifikan,” katanya.
Merintis usaha dari program double track juga dijalankan dua siswi SMA Negeri 1 Karas, Magetan. Mega Agustin Fajariah (XII IPA) dan Siti Fatimah Qodri (XII IPS) kini berkongsi merintis usaha jasa pemotretan. Mereka sudah memiliki akun Instagram, mq_photography. Di sela kesibukan menempuh pendidikan, mereka memenuhi permintaan jasa fotografi sederhana untuk pranikah, pernikahan, hajatan, dan wisuda.
”Lumayan upahnya, bisa ditabung,” kata Mega saat ditemui sedang mendampingi instruktur memberikan materi fotografi kepada peserta double track di SMA Negeri 1 Karas dalam bidang keahlian fotografi.
Memang, upah atau pendapatan dari rintisan usaha siswa/siswi SMA itu dilihat dari nilainya mungkin belum dianggap signifikan. Mega, misalnya, upah memotret sebuah acara hanya Rp 100.000. Begitu pula Kirana, keuntungan dari berjualan salad maksimal Rp 100.000 dalam sehari transaksi.
Namun, justru dari usaha sendiri yang masih amat kecil itulah mereka mendapat tempaan atau pelajaran hidup. Mereka tak mau menyerah pada nasib. Mereka menolak menjadi tunakarya selepas SMA meski harus mengubur mimpi melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Justru, mimpi itu kini terus dipelihara dengan berusaha lebih dahulu. Jika berkembang, keinginan menuntaskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bukan lagi hal yang tak mungkin.
Link terkait
Duta - Melihat dari Dekat Program SMA/MA Double Track di Jawa Timur (2/habis)
Tahun kedua berjalan, program double track (DT) SMA/MA di Jawa Timur nampaknya sudah mulai memasyarakat. Program ini bahkan sudah mulai menjadi unggulan sekolah. Siswa pun bertambah. Dan masalah juga bertambah karena program ini terbatas pelaksanaannya. Seperti apa?
—
Sukses di tahun pertama 2018, program ini pun dijadikan bahan promosi SMA/MA yang terpilih di tahun berikutnya. Di brosur sekolah, DT terpampang jelas dengan beberapa kompetensinya. Bahkan sekolah rela membuat seragam khusus yang bertuliskan sekolah DT.
Dampaknya, masyarakat pun mulai tertarik. Sekolah yang semula tidak dilirik, mulai didatangi. Siswa pun bertambah.
Sekolah yang semula hanya mendapatkan 60 siswa per angkatan per tahun yang terbagi dalam tiga rombel, kini mulai bertambah hingga empat rombel dengan jumlah siswa yang lebih banyak setiap rombelnya.
Salah satunya dialami SMA Negeri 1 Kendal Ngawi. Sekolah ini berada di perbatasan Magetan – Ngawi. Letaknya sangat terpencil bahkan kanan kirinya hutan jati dan mahoni serta ladang-ladang warga.
Kepala SMAN 1 Kendal, Agus Supriyono mengatakan saat ini jumlah siswa terus bertambah karena program DT. “Total hampir mencapai 170 siswa. Ada 11 rombel seluruhnya. Sayangnya tidak semua bisa ikut program double track ini,” tuturnya.
Karena DT ini hanya berlaku bagi siswa -siswi yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka jelas tidak semua siswa bisa mengikutinya. Pihak sekolah menyadari itu.
“Ya demi mendapatkan siswa yang lebih banyak, kami jadikan DT sebagai program unggulan,” tukas Agus.
Karena itu, pihak siswa dan orang tua seakan tidak peduli. Mereka menyekolahkan anak-anaknya di SMAN 1 Kendal dengan harapan bisa mengikuti program DT. Sehingga mereka menginginkan bisa mengikuti program DT ini atau minimal sama dengan DT.
“Dan yang terpenting mereka mendapatkan sertifikat sama persis dengan yang didapat siswa double track. Sertifikat yang dikeluarkan ITS dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,” ujar Agus di hadapan tim Double Track dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).
“Saya bingung. Semua protes ingin ikut program ini. Sudah saya jelaskan kalau program ini terbatas tapi mereka tidak mau tahu,” tandas Agus.
Karena terus menerus diprotes, Agus berencana menggelar pelatihan seperti program DT ini secara mandiri.
Sebenarnya diakui Agus, sejak lama sekolah itu sudah melakukan pelatihan wirausaha secara mandiri terutama dalam bidang pertanian karena potensi pertanian di sekitar sekolah sangat besar.
Kewirausahaan sudah menjadi sebuah kebutuhan untuk anak-anak muda agar bisa berkarir ke depannya.
“Hingga saya bisa menjadi kepala sekolah terbaik tingkat provinsi pada 2018 lalu karena program kewirausahaan itu. Dan terbaik kedua tingkat nasional. Sudah lama kami terapkan. Dengan adanya double track, kami memang tidak lagi mengeluarkan dana pribadi sekolah,” ungkapnya.
Untuk program mandiri itu, Agus pun meminta pihak Double Track ITS mempertimbangkan usulannya. Ini dilakukan agar tidak ada rasa saling iri antar siswa.
“Kami rela bayar sendiri. Kami alokasi dana dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Yang terpenting itu adalah sertifikatnya harus sama persis seperti double track,” tandasnya.
Ketua Tim Double Track ITS, Asrori keinginan kepala SMAN1 Kendal untuk membuat DT mandiri bisa dipertimbangkan.
Terutama untuk mendapatkan sertifikat yang sama dengan program DT. Karena sejatinya, dana pemerintah memang tidak mencukupi untuk bisa menjangkau semua siswa.
Karena itu usul dari sang kepala sekolah bisa diterima dan akan dikonsultasikan lebih lanjut dengan pihak Dinas Pendidika Provinsi Jawa Timur.
“Kemungkinan besar bisa diupayakan. Tapi untuk sementara ini kami fokus ke program double track,” tukasnya.
SMAN 1 Kendal ini mendapatkan empat kompetensi atau keahlian yakni tat arias, tata boga, busana dan teknik kendaraan ringan (TKR).
Koordinator Pengolah Data Double Track Fajar Baskoro mengatakan program DT ini memiliki tiga fungsi utama. Yakni sekolah sebagai pusat pelatihan, pengembangan pemilahan komersil dan pusat transaksi komunitas.
Juga ada tiga platform aplikasi di program ini yakni portal ruang training yang berisi tentang bernagai video tutorial selain offline juga online. Di aplikasi ini siswa bisa mengikuti kurus selamanya.
Selain itu, ada ruang karier di mana siswa yang sudah lulus tidak perlu melamar pekerjaan, karena sudah ada biodata yang terdata dengan rapi tentang lulusan yang bersangkutan.
“Juga ada e-mart yakni sebuah aplikasi yang memuat semua produk yang dihasilkan siswa double track. Semua produk didata beserta harganya. Kalau yang berminat bisa melakukan transaksi,” tukas Fajar. end. Tulisan sebelumnya ....
https://duta.co/melihat-dari-dekat-program-sma-ma-double-track-di-jawa-timur-2-habis
Duta - Melihat dari Dekat Program Double Track untuk SMA/MA di Jawa Timur (1)
Duta Masyarakat 25 Nov 2019. Program double track (DT) yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan ITS ternyata mampu membuat siswa-siswi SMA/MA bisa lebih percaya diri ketika lulus.
Mereka sudah memiliki keterampilan khusus yang bisa dijadikan bekal untuk masa depannya. Masa depan yang indah kini terpampang nyata.
—
Riko Kananta, kelas XII IPA2 SMA Negeri 1 Plaosan Magetan, tak henti berterima kasih kepada tim DT dari ITS yang datang untuk melakukan visitasi ke sekolahnya, Sabtu (23/11).
Dia tidak menyangka, dia yang dari keluarga tidak mampu, kini bisa memiliki gambaran akan masa depannya kelak. Diakuinya, bisa sekolah hingga jenjang SMA sebuah keberuntungan baginya, apalagi ditambah keterampilan desain grafis yang didapatnya dari program DT.
“Terus terang, SMA akan menjadi ijazah terakhir saya. Karena orang tua sudah tidak mampu membiayai hingga jenjang lebih tinggi lagi. Sejak ikut double track, saya bisa menekuni usaha desain grafis. Jadi punya gambaran ke depan saya mau jadi apa. Sebelumnya tidak,” ujarnya.
Riko berbicara di depan kepala sekolahnya Aris Sudarmono, tim DT dari ITS dan Bupati Magetan Suprawoto.
Dikatakannya dengan bekal keterampilan desain grafis selama satu tahun, dia dan teman-temannya sudah menerima banyak orderan. Terutama pembuatan PIN. Orderan datang hingga ribuan buah PIN. Bahkan Riko dan teman-temannya merasa kewalahan.
“Sejak kami sering ikut pameran, orderan selalu banyak. Kami kerjakan bersama lima orang teman di sekolah karena semua alat-alat ada di sekolah,” tukasnya.
Tidak hanya Riko yang sudah bisa menghasilkan uang walau belum lulus. Mawang Ajeng dari kelas XII juga merasakan hal serupa. Ajeng yang memilih keterampilan tata boga ini sudah menerima order dari orang lain. Misalnya donat, brownies, kue kering, kue ulang tahun hingga salad buah.
“Saya menemukan jalan untuk berkarier di masa depan. Terima kasih,” ungkapnya.
Program DT ini membuat Riko dan kawan-kawannya bisa memiliki keterampilan sesuai dengan minat. Riko adalah angkatan pertama program ini dengan memilih keterampilan desain grafis. Sementara teman-teman lainnya memilih tata boga dan rias wajah.
Program ini digagas Pemprov Jatim melalui Dinas Pendidikan untuk mengurangi angka pengangguran lulusan SMA. Program ini diperunrukkan bagi siswa-siswi SMA dan MA yang ada di daerah terpencil.
Minimal 65 persen dari siswa yang ada tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Dan program itu diperuntukkan bagi 65 persen siswa yang tidak melanjutkan tersebut melalui seleksi yang dilakukan sekolah.
Program ini diikuti siswa di kelas XI selama satu tahun penuh. DT hanya berupa ekstra kurikuler yang digelar seminggu sekali. Itulah yang membedakan DT dengan SMK yang semua semua program terstruktur di kurikulum bukan ekstra kurikuler.
Kepala SMAN 1 Plaosan, Aris Sudarmono mengungkapkan sekolahnya termasuk yang pinggiran. Dari 10 SMA Negeri yang ada di Magetan, hanya SMA Plaosan yang paling minim. Tak heran siswanya sedikit. Kelas X hingga XII hanya 11 rombel dengan 20 siswa setiap rombelnya.
“Di kelas XI yang tahun ini ikut double track hanya 60 siswa. Karena dari hasil seleksi yang lolos itu. Padahal, semuanya 80 siswa ingin ikut serta,” ungkapnya.
Dipercaya mengikuti program double track sangat membanggakan. Karena selama ini, lulusan SMA Negeri 1 Plaosan banyak yang menggarap sawah dan menjadi pekerja serabutan. Dengan double track da bekal keterampilan untuk bisa bertahan hidup setelah lulus,” tukasnya.
Bupati Magetan, Suprawoto meminta program DT ini bisa lebih disesuaikan dengan produk keunggulan daerah setempat. Jika di Magetan ini dikenal sebagai sentra kulit, maka program DT juga bisa mengarah ke keterampilan untuk mengolah kulit menjadi barang jadi sehingga bisa menambah nilai jual.
“Desain grafis itu bagus. Bagaimana mendain tas dan dompet kulit dengan bagus. Sehingga tidak kalah dengan produk dari luar. Bahkan bisa dijual ke luar negeri,” katanya.
Karena itu, tahun depan Pemkab Magetan bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian akan membuat politeknik kulit. Untuk sementara akan ada program D1 Kulit. Selain nanti akan ada Poltek Perikanan Air Tawar.
“Semua gratis bagi siswa lulus SMA sederajad di Magetan yang lolos seleksi. Ini kesempatan bagi program double track untuk fokus ke dua bidang itu. Agar keterampilan yang dimiliki pas SMA bisa dilanjutkan ke D1 sehingga ilmunya bertambah untuk memulai usaha,” jelasnya. end/bersambung
Lanjutan (2)
https://duta.co/melihat-dari-dekat-program-double-track-untuk-sma-ma-di-jawa-timur-1
Meraih Kesempatan Kerja di Era Digital via Kartu Pra Kerja
Duta Masyarakat, Jumat 22 November 2019.
Pemerintah akan menyiapkan Kartu Pra Kerja untuk 2 juta tenaga kerja. Rencananya kartu tersebut akan diluncurkan pada awal tahun 2020. Seperti dikutip dari website Sekretariat kabinet, setkab.go.id Kartu Pra kerja ini dianggarkan sebesar Rp 10 triliun.
Pemerintah akan menyiapkan Kartu Pra Kerja untuk 2 juta tenaga kerja. Rencananya kartu tersebut akan diluncurkan pada awal tahun 2020. Seperti dikutip dari website Sekretariat kabinet, setkab.go.id Kartu Pra kerja ini dianggarkan sebesar Rp 10 triliun.
Pemanfaatan Kartu Pra Kerja ini adalah untuk triple skilling, upskilling, re-skilling melalui beberapa training atau pelatihan yang berguna meningkatkan ketrampilan calon tenaga kerja hingga siap memasuki dunia kerja baru yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Nantinya pemerintah akan menggandeng lembaga-lembaga pelatihan dan membangun mekanisme tracking online untuk memonitor peningkatan kapasitas skill calon pekerja penerima kartu pra kerja.
Dengan Kartu Prakerja, calon tenaga kerja penerima program bisa memilih berbagai macam pelatihan ketrampilan yang mereka inginkan. Mereka boleh memilih pelatihan barista kopi, animasi, desain grafis, bahasa inggris, teknisi komputer, programming, koding dan masaih banyak lagi yang akan disediakan melalui platform digital.
Yang menjadi persoalan adalah setelah mengikuti pelatihan semua calon penerima Kartu Pra Kerja ini akan dikemanakan? Apakah cukup mengikuti pelatihan kemudian mendapatkan sertifikat dan dengan sertifikat keterampilan tersebut sudah mencukupi diterima kerja di industri ataupun dunia usaha?
Shane Cragun dan Kate Sweetman (2016) menjelaskan tentang efek berantai disruption akibat pemakaian teknologi digital yang mempengaruhi pola orang bekerja. Mereka menyatakan pada masa inilah berakhirnya era perantara. Kegiatan ekonomi dilakukan secara serba langsung atau disebut juga era free agent. Bebas dari orang tengah, makelar, penghubung, atau perantara dari satu kegiatan menuju kegiatan ekonomi lain.
Akibatnya, kontak-kontak sosial antara perusahaan dan lulusan-lulusan sekolah akan berbeda dengan yang biasa dilakukan generasi sebelumnya saat bekerja. Kontrak ikatan kerja antara perusahaan dan karyawan yang biasanya diikat sebagai karyawan tetap dalam jangka waktu tertentu sampai dengan pensiun tidak bisa dilakukan. Bila dulu perusahaan menawarkan permanent job, kini menjadi job on demand. Pekerjaan yang hanya dilakukan pada saat dibutuhkan. Ini didukung dengan keberadaan platform aplikasi yang menawarkan pekerjaan-pekerjaan freelancer dengan spesifikasi keahlian tertentu dan bisa didapatkan tenaga kerja yang ahli dalam jumlah yang melimpah.
Kemunculan aplikasi web seperti freelanceralliance.com, upwork.com atau yang dalam bahasa Indonesia ada sribulancer, projects.co.id, freelancer indonesia, menjadikan pekerjaan "on demand" ini semakin berkembang dengan pesat. Mereka tak hanya bekerja di satu kota, tetapi juga melayani pekerjaan-pekerjaan dari klien di kota yang berbeda-beda. Belakangan ini sering kita saksikan profesi internet marketing yang bekerja di banyak perusahaan dan mendapat hasil dari komisi penjualan tidak melekat pada satu perusahaan saja. Bahkan di suatu desa Tunjungmuli Karangmoncol di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah remajanya hampir semua menjadi internet marketing sehingga daerahnya terkenal menjadi kampung marketer. Banyak tenaga kerja yang lebih senang bekerja lepas ketimbang menjadi pegawai, dan harus pindah ke kota meninggalkan rumah dan keluarga.
Ekosistem Kartu Pra Kerja
Bermaksud ingin berbagi pengalaman dari apa yang telah dilakukan Pemerintah Jawa Timur melalui Dinas Pendidikan dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya lewat program Double Track (DT) yang diperuntukkan bagi siswa SMA yang tidak berencana melanjutkan ke Perguruan Tinggi, kiranya dalam hal penyiapan Kartu Pra Kerja perlu dibuat ekosistem yang tidak sekedar pelatihan, namun juga dibangunnya platform aplikasi yang menghubungkan dengan mitra DUDI, serta juga pengenalan marketplace sebagai wadah berwirausaha dengan modal minimal.
Sedikitnya ada lima hal yang perlu disiapkan dalam menyiapkan ekosistem Kartu Pra Kerja, agar tidak hanya berhenti pada pelatihan dan pemberian sertifikat. Pertama, penyiapan para trainer yang akan mengisi pelatihan-pelatihan dengan berbagai macam keterampilan teknis seperti teknologi pangan, tata busana, kendaraan bermotor, desain grafis dan banyak lagi bidang ketrampilan yang memungkinkan orang bekerja secara mandiri ataupun freelancer.
Kedua penyiapan aplikasi ruangtraining.net untuk memantau dan mengukur kinerja peserta pelatihan. Baik itu kehadirannya maupun hasil karya produk hasil pelatihan yang didokumentasikan dalam bentuk foto produk dan juga portofolio kegiatan peserta pelatihan.
Ketiga, setelah selesai mengikuti pelatihan kemudian penerima Kartu Pra Kerja, diarahkan untuk mengisi dan mengupdate CV online melalui ruangkarir.net. Aplikasi ini mempertemukan antara dunia usaha dan dunia industri yang membutuhkan tenaga kerja, dengan peserta pelatihan yang sudah mempunyai skill tertentu sesuai dengan kebutuhan industri. Melalui ruangkarir ini perusahaan bisa memilih sekian ribu calon tenaga kerja lengkap dengan portofolio dan cv online yang siap diwawancarai ataupun dipilih sebagai tenaga kerja.
Keempat, bagi mereka yang belum mendapatkan pekerjaaan atau menyukai dunia wirausaha, dikenalkan penguasaan ketrampilan memproduksi dan memasarkan melalui marketplace ruangdagang.net
Kelima, dan jika masih belum mendapatkan pekerjaan, ataupun belum bisa berwirausaha, calon tenaga kerja bisa meningkatkan kapasitas kemampuannya untuk terus belajar secara mandiri di ruangtraining.net. Tersedia berbagai macam tutorial dan tempat magang yang bisa berguna untuk meningkatkan skillnya guna meraih kesempatan kerja yang diidamkan.
Masalahnya, sudah siapkah lembaga-lembaga pendidikan menyiapkan pekera-pekerja on demand ini? Maukah lembaga pendidikan kita mengubah kurikulum, cara belajar-mengajar, dan meremajakan aturan-aturan standar pendidikan. Sudah siapkah para orangtua menerima realitas baru anaknya yang disekolahkan tinggi-tinggi tidak menjadi karyawan ataupun pegawai, namun berubah menjadi tenaga kerja yang tidak hanya sekedar "tahu" tetapi juga "bisa" mewujudkan gagasannya menjadi sesuatu yang menghasilkan dan membuatnya memperoleh kemandirian ekonomi.
Membangun ekosistem seperti ini jauh lebih penting ketimbang hanya menyiapkan berbagai macam bentuk pelatihan dan pemberian sertifikasi. (***)
Fajar Baskoro
Penulis adalah Dosen pada Fakultas Teknologi Informasi ITS dan Fasilitator Program Double Track Dinas Pendidikan Jatim-ITS
Membangun Karir di Era Digital
Koran Sindo, 20 Nov 2019. Menurut rencana per Januari 2020 mendatang, Pemerintah akan memberlakukan Program Kartu Pekerja, yang antara lain diwujudkan melalui berbagai macam pelatihan agar siap memasuki dunia kerja. Telah disiapkan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan bagi dunia industri dan dunia usaha dalam memasuki era revolusi industri 4.0, yang berbasis pada digitalisasi.
Beberapa kementerian seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Kementerian Tenaga Kerja telah menyiapkan bentuk pelatihan yang dikemas dalam Program Digital Talent Scouting untuk mempersiapkan talenta digital yang dapat menguasai cybersecurity, cloud computing, big data analytics, artificial intelligence, dan digital business.
Yang menjadi persoalan adalah tidak semua calon penerima Kartu Pekerja atau para pencari kerja (baca: pengangguran) memiliki latar belakang pengetahuan tentang digital. Apa artinya? Perlu langkah lain sebelum “memaksakan” para penerima kartu pekerja mengikuti pelatihan yang berbasisi digital.
Langkah lain itu adalah menyiapkan pelatihan-pelatihan keterampilan yang tidak harus menguasai pengetahuan tentang digital, tetapi pelaksanaan yang menyertai pelatihannya --termasuk tindaklanjutnya—berbasis digital. Inilah yang diterapkan dalam pelaksanaan Program Double Track (DT) di Jatim.
Memang diakui melalui pelatihan berbasis digital, beberapa keuntungan akan diperoleh sekaligus, selain aspek keterjangkauan yang tidak lagi dibatasi pada kewilayahan yang rigid, karena dapat diakses secara luas, pelatihan model ini juga dapat dimodifikasi untuk menjadi penghubung atau jembatan antara sumber daya manusia (SDM) yang tersedia atau yang telah mengikuti pelatihan dengan perusahaan atau instansi yang membutuhkan tenaga kerja.
Bermaksud ingin berbagai pengalaman dari apa yang telah dilakukan Pemerintah Jawa Timur melalui Dinas Pendidikan dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya lewat Program DT, kiranya tulisan berikut dapat dijadikan semacam acuan untuk pelaksanaan pelatihan berbasis digital.
Imbas Disrupsi
Dasadari digitalisasi merasuk ke berbagai sektor industri dan menciptakan disrupsi. Pekerjaan baru muncul, sementara sebagian lainnya hilang tergantikan oleh teknologi, mesin, dan robot. Perubahan tersebut menjadi tantangan. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi melahirkan profesi pekerjaan baru yang tidak terikat atau disebut juga dengan freelancer, antara lain fotografer produk, web developer, content creator, digital marketing, social media management, sampai vlogger. Semua ini membuka jalan untuk menciptakan peluang karir baru, yang menuntut penguasaan kompetensi di bidang digital.
Perkembangan teknologi menciptakan disrupsi dan mengubah cara orang bekerja di berbagai macam lapangan pekerjaan. Perubahan ini menuntut kesiapan calon tenaga kerja untuk menguasai ketrampilan teknis dan juga ketrampilan digital, seperti sosial media, internet marketing, update informasi blog, dan lainnya.
Menurut Ryan Avent(2016) pada The Economist dalam artikel The Wealth of Humans, menyatakan bahwa revolusi teknologi digital pada abad ke-21 ini adalah revolusi dengan imbas disrupsi yang sangat besar. Era digital ini mempengaruhi perubahan pola kerja manusia dalam tiga hal. Pertama, kemunculan artificial intelegence (AI). Kedua semakin membesarnya fenomena hyper-globalization, dan ketiga kesempatan untuk melakukan lompatan jauh atas produktivitas manusia.
Seperti telah dilakukan dalam Program DT, program yang memberikan beberapa bidang keterampilan --boga, busana, servis sepeda motor, multi media, kecantikan-- bagi siswa SMA/MA di daerah pinggiran di Jatim, ada empat tahap yang dilakukan untuk membangun karir digital sejak dini bagi peserta. Pertama, penyedian ekosistem pelatihan secara online melalui ruangtraining.net yang didukung dengan teknologi informasi.
Kedua, sertifikasi level kompetensi yang dipunyai dengan menyediakan ruangujian.net. Ketiga, merawat sustainablity program melalui job placement ruangkarir.net, dan keempat, pengembangan marketplace online melalui ruangdagang.net sebagai wadah kewirausahaan untuk mengenalkan produk yang dihasilkan sekaligus juga melakukan transaksi jual beli.
Program pengembangan karir digital melalui ruangkarir.net dimaksudkan agar kalangan milenial tidak saja mampu menyiapkan kapasitas diri di tengah tuntutan dunia kerja pada era teknologi digital, tetapi juga menghubungkan peluang pekerjaan ke sektor usaha kecil dan Menengah (UKM) serta industri kecil dan menengah (IKM).
Kendala di Masyarakat
Diakui, loncatan inovasi teknologi digital dengan terbukanya peluang-peluang kerja baru pada kenyataanya menemui beberapa kendala dan tidak bisa dimasuki oleh para calon tenaga kerja di masyarakat. Terutama jika para calon tenaga kerja tidak mau berubah dan bertahan pada comfort zone, dan hanya mau bekerja pada bidang-bidang yang telah dikenal pada mindset old school yang sesuai dengan aturan atau profesi-profesi lama.
Karena itu beberapa mindset old school seperti sikap mental "self disruptive"; ketakutan akan kegagalan (fear of failure); dan kebiasaan tidak menyimpan portofolio hasil karya secara online, perlu dikikis dan dihindari. Calon pekerja yang membangun karir di era digital harus bisa membebaskan diri dari fixed mindset dan menggantikan dengan perpikir fleksibel, terbuka terhadap ide-ide baru ataupun nyleneh out of the box. Kita perlu berpikiran maju dan belajar mengadaptasi sikap dan ketrampilan teknologi baru.
Di sisi lain, di era digital, semua orang merasakan ketidakjelasan. Mulai dari lapangan pekerjaan, standart gaji ataupun jenis profesi dan jabatan. Apa yang diyakini sebagai cita-cita ketika siap bekerja, ternyata tidak tercapai. Pada kondisi seperti ini calon pekerja harus siap dan tetap merencakan tindakan dan upaya peningkatan kemampuan pada bidang-bidang baru. Kita harus meyakinkan diri sendiri bahwa ketidakjelasan dan kegagalan itu adalah baik dan merupakan peluang untuk masa depan.
Kiranya sebagai sebuah pengalaman yang telah berhasil dijalankan, itulah beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran dan acuan bagi para pelaksana Program Kartu Kerja. Konten pelatihannya tidak selalu keterampilan yang berbasis digital, tapi pelaksanaan pelatihannyalah yang harus berbasis digital. Bukankah sebagian besar angka penganguran terbuka kita saat ini --mereka yang akan memperoleh program kartu kerja—adalah generasi digital immigrant bukan generasi digital native sebagaimana yang didefinisikan oleh Marc Prensky. Semoga. (***)
Fajar Baskoro
Dosen pada Fakultas Teknologi Informasi ITS dan
Fasilitator Program Double Track Dinas Pendidikan Jatim-ITS
Sumber :
Subscribe to:
Posts (Atom)