EdTech - Micro:bit dan Google Product

Membuat E-Sertifikat dengan Google Slide

Webinar 1 - KEREN, 885 ANAK DESA ITU IKUT WEBINAR


Saya meyakini selalu ada sisi-sisi menguntungkan di tengah meluasnya pandemi COVID-19. Proses belajar mengajar di sekolah reguler mengalami hambatan, karena dilarangnya kegiatan tatap muka di dalam kelas. Lalu pembelajaran online menjadi pilihan, betapapun disertai sejumlah kegagapan dan ketidaksiapan di sana-sini.



Pas hari Kartini ini sukses berlangsung seminar melalui situs web (webinar) memanfaatkan aplikasi Zoom yang dikuti 285 siswa SMA/MA yang berada berbagai penjuru kota di Jawa Timur.  Jumlah ini masih ditambah 600 siswa lagi yang mengikuti via youtube live.

Acara ini adalah kali pertama seminar daring massal yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jatim bekerja sama dengan ITS Surabaya.

Jangan tergesa berprasangka sambil bilang, “tentu saja bila jalan karena semua pesertanya pasti siswa milenial yang familiar dengan gadged.” Anda salah. Yang ikut webinar ini adalah remaja desa yang bersekolah di SMA/MA pinggiran desa, siswa peserta program Double Track (DT).

Seperti diketahui Double Track adalah program pemberian ketrampilan tambahan bagi di sekolah-sekolah SMA/MA yang mayoritas siswanya (85% ke atas) tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mereka rata-rata berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah (lihat link: smadt.net).

Lalu bagaimana mereka keren bisa ikut bergabung via Zoom? Itulah kekuatan “the power of kepepet.” Kalau tak punya alat ya pinjam. Ada yang pakai laptop milik laboratorium komputer sekolah, ada yang pinjam smarphone trainernya, gurunya, saudara, atau tetangga.  Yang penting satu: Pokoknya bisa mendaftar dan ikut bergabung, ikut menimba ilmu.


Apalagi ilmu yang dibagikan sangat relevan dan kontekstual keadaan kehidupan yang makin kompetitif. Pak Setiyo Agustiono, fasilitator DT dari ITS memotivasi siswa untuk mengembangkan diri menjadi seorang entepreneur. Narsum Prasetyo Adi, seorang praktisi konten kreator “kawabiki desain branding”, berbagi pengalaman mencari penghasilan di dunia online. Bahkan Khunainnin Mutidzul Qiram, siswa SMAN1 Panji Sitobondo, juga sempat berbagi pengalaman tentang suksesnya memproduksi bakpia rasa mangga. 


Ratusan pertanyaan yang masuk melalui chating web menjadi indikator betapa mereka sangat antusias mengikuti pembelajaran daring yang berlangsung dua jam itu. Di antara mereka ada siswa dari SMAN1 Punung Pacitan, SMAN1 Tugu Trenggalek, SMAN1 Bungkal Ponorogo, SMAN Wungu Madiun, SMAN Tongas Probolinggo, SMAN1 Abunten Sumenep, dll. Mereka itu adalah sebagian kecil dari peserta DT yang jumlahnya 14 ribu siswa lebih, dari 157 sekolah di 28 kabupaten di Jatim.

Muncul beberapa pertanyaan senada yang menarik yang untuk direnungkan bersama. Mereka menulis begini: “Saya sangat ingin menjadi wirausaha tetapi dilarang orangtua saya. Mereka maunya saya nanti bekerja jadi pegawai. Apa yang harus saya lakukan?” 

Ya, selera zaman sudah berubah, tapi sayang anak-anak itu masih terkungkung selera lama orangtuanya. (*)

FGD 3 - Kepala Sekolah Pelaksanaan Double Track dengan SFH



SEREMPAK DARING 


Mungkin ini sebentuk keberuntungan terselubung. Blessing in disguise kata bule Inggris. Pandemi COVID-19  yang masih mengkhawatirkan ini ternyata punya sisi manfaat. Tanpa serbuan korona mungkin pembelajaran online tidak segera memasyarakat dan meeting secara daring (dalam jejaring) tidak terselenggara seserempak saat ini.

Aplikasi meeting online seperti Zoom, Hangouts, GoToMeeting, ezTalks Free, GoToWebinar, Join.me, TeamLink, atau Online Meeting ramai-ramai diunduh. Terjadi percepatan pembelajaran dan pemanfaatan teknologi online.  Sejumlah pihak yang sebetulnya belum begitu siap, dipaksa oleh keadaan untuk mempraktikkannya. Dan terbukti tidak serumit yang diduga. Tentu terjadi kegagapan sejenak, tapi secara bertahap akan familiar dengan sendirinya. 

Kamis kemarin penyelenggara program SMA/MA Double Track (DT) Jawa Timur juga melakukannya. Kita tahu, program DT adalah memberi keterampilan tambahan kepada siswa SMA/MA, terutama untuk sekolah di daerah di mana sebagian besar lulusannya tidak meneruskan kuliah.

Meeting daring ini pesertanya 90 kepala sekolah SMA/MA pelaksana DT. Bergabung pula Ibu Dra. Ety Prawesti, M.Si, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan Jatim beserta jajarannya. Dari unsur  ITS terlihat hadir Pak Dr. Hozairi yang bertindak sebagai moderator dan anggota tim IT  Pak Fajar Baskoro dan Pak Arya Yudhi Wijaya.

Karena ini meeting daring perdana maka suasana canggung terasa pada awalnya. Ya, karena belum terbiasa. Ada beberapa peserta yang terlambat bergabung karena alasan teknis. Terjadi sambungan internet putus-nyambung.  Satu atau dua peserta  masih gagap dengan berseru,  “gambarku ora muncul” atau peserta lain nyeletuk, “swarane kok lirih banget.” 

Terdengar saur manuk arus pembicaraan karena banyak peserta ingin berbicara dalam waktu yang bersamaan. Tapi itu hanya berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya dipandu oleh moderator dengan tertib.

Selanjutnya  suasana pertemuanpun berkembang hidup. Peserta merasa seperti tengah bertemu dalam satu ruangan yang nyata, padahal semua itu hanyalah virtual. Berbagai usulan dan masukan bermunculan. Curhat mewarnai perbincangan. Joke-joke lucu juga terdengar, “Blangkon Sampeyan apik, aku pesen ya.”

Cukup menarik mencermati gerakan dan ekspresi masing-masing peserta yang muncul secara bersamaan di layar laptop. Ada yang berbusana formal, ada pula yang kasual, ada yang mengenakan masker. 

Latar belakang tempat peserta berada, juga menarik untuk dilihat. Ada yang online melalui lab. komputer sekolah, ada yang dari ruang dinas, di ruang tamu rumah. Ada pula yang memilih outdoor sehingga terlihat hamparan sawah menghijau. Bahkan ada yang sudah canggih, menampilkan background virtual dengan gambar animasi indah yang terus berubah-ubah. 

Tidak terasa diskusi telah berlangsung sekitar 1,5 jam. Satu hal yang terlihat pasti,  betapa efektif dan efisiennya pertemuan daring itu. Mempertemukan 90 orang kepala sekolah dari segala penjuru Jatim secara fisik ke satu titik di Surabaya tentu butuh waktu, tenaga, dan biaya yang besar.

Melalui vicon seperti ini semua dapat terselenggara dengan lebih mudah. Begitu pertemuan daring ditutup, seketika itu pula peserta sudah berada di domisilinya masing-masing, sehingga dapat melanjutkan kegiatan produktif lainnya. 





FGD 2 - Operator Sekolah Mekanisme pemenuhan presensi

FGD 2 - Operator Sekolah Mekanisme pemenuhan presensi






FGD 1 - Tim Kurikulum Double Track 31 Maret 2020

Pelaksanaan FGD 31 Maret 2020
Dihadiri Tim Kurikulum






Hasil